​Si Otak Emas dari Karangbong

Lingkungan, manusia, dan sampah memiliki keterkaitan. Manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya akan menghasilkan/menimbulkan sampah. Sampah tersebut akan mencemari lingkungan manusia itu sendiri. Sampah dibuang, dikelola (didaur ulang), dibakar di sekitar lingkungan manusia. Jika sampah tidak dipedulikan dengan baik maka berdampak pada lingkungan manusia itu sendiri. Banyak masyarakat yang tidak memiliki kesadaran untuk peduli lingkungan terutama masalah sampah. Membuang sampah pada tempatnya saja masih banyak yang malas melakukannya apalagi memikirkan sampah. Seolah-olah mereka lupa bahwa penyebab adanya sampah adalah mereka. Akan tetapi, hal ini tidak berlaku untuk Marjati. Perempuan yang lahir di Malang, 41 tahun yang lalu ini sangat peduli akan lingkungan terutama masalah sampah mau berfikir untuk Indonesia agar bebas dari sampah. Sampah dapat berubah menjadi benda yang bernilai jual tinggi dan memiliki keindahan.

Salah satu inovasi daerah Sidoarjo keluar dari satu banding seribu orang yang mau memikirkan sampah, tetangganya menyebut Ibu Marjati. Berawal dari keperihatinannya pada lingkungan sekitar rumahnya di karangbong Gedangan- Sidoarjo. Ia berfikir agar sampah atau limbah rumah tangga yang biasanya dibakar oleh tetangganya dapat dikelola dengan cara lain yang lebih bermanfaat dan tidak merusak lingkungan. Jalan pun terbuka lebar, ia bertemu dengan seorang aktivis lingkungan yang berbagi ilmu dengan memberitahu tentang situs di internet mengenai daur ulang sampah. Marjati pun belajar mendaur ulang sampah secara otodidak melalui situs internet.

Kreativitas Marjati berkembang dan terus berkembang. Ia mulai melakukan pemilahan sampah, sampah yang dapat dihancurkan menjadi biji plastik akan di jual ke pengepul dari pengepul akan dibawa ke pabrik dan dihancurkan menjadi biji plastik. Sampah ini seperti sampah botol plastik minuman, botol sampo, kaleng, botol sirup, kardus dll. Sedangkan sampah yang tidak bisa dihancurkan dan membutuhkan waktu yang lama jika dihancurkan seperti bungkus kemasan kopi, makanan ringan, snack, akan diubah menjadi tas jinjing. Marjati juga mengkombinasikan sampah yang ada menjadi tempat pensil, taplak meja, gantungan kunci, vas bunga, tempat tisu, kipas, gelas, dll. Tas jinjing merupakan produk unggulan yang terbuat dari bungkus kemasan kopi/ makanan ringan/ susu.

Sampah yang diolah tidak hanya sampah plastik (sampah anorganik) tetapi juga sampah organik yang dimasukkan kedalam dekomposter sederhana berupa bak kemudian ditutup dan dibiarkan selama beberapa bulan akan menjadi pupuk organik yang bermnfaat untuk tanaman.
Marjati melakukan inovasi dengan mengkreasikan berbagai sampah sehingga menjadi benda yang bernilai jual tinggi. Tetangga-tetangga yang sempat mencaci marjati karena kepeduliannya terhadap sampah, menjadi kagum dengan hasil karya Marjati. Mereka bahkan termotivasi untuk ikut serta memperdulikan sampah yang ada dilingkungan mereka. Hasil dari daur ulang Marjati dikenalkan kepada masyarakat luas,

sehingga banyak yang mengagumi dan menyukai kreativitas Marjati.

Banyaknya peminat karya daur ulang sampah miliknya, mendorong Marjati untuk membuka usaha yakni, usaha toko daur ulang yang diberi nama marr’s collection.

 Usahanya ini mampu membuka peluang kerja untuk masyarakat di karangbong Gedangan- Sidoarjo. Marjati berkerjasama dengan 7 warung kopi untuk memasok sampah serta beberapa penjahit untuk menjahit pola tas. Sampah yang dijadikan bahan utama produk marr’s collection ini tidak hanya berasal dari warung kopi tapi juga dari sampah yang ada disekolah, rumah-rumah yang dikumpulkan oleh tetangganya. Tetangga-tetangga marjati yang sebelumnya tidak memiliki pekerjaan kini bergabung dengan marjati untuk membantu melipat bungkus kemasan sesuai pola.  Sehingga sampah disekitar rumah Marjati tidak lagi dibakar.

Marjati adalah perempuan yang memiliki pemikiran emas. Perempuan ini seperti ibu rumah tangga pada umumnya akan tetapi ada satu sisi yang membedakannya dengan ibu rumah tangga yang lain yaitu gerakan kecilnya dalam memperhatikan sampah. Ia merasa harus melakukan sesuatu untuk lingkugan di sekitar rumahya, ia merasa terganggu dengan adanya sampah yang menumpuk, ia tak ingin pembakaran sampah memusnahkan lingkungan dan bumi yang dipijaknya. Marjati tak kenal namanya putus asa ia selalu berfikir maju dan positif. Meskipun masyarakat di lingkungan sekitarnya ada yang mencaci dan tidak mau diajak untuk membangun lingkungan yang asri. Ia tak bersedih karena Marjati mengetahui untuk memiliki rasa peduli lingkungan tidak bisa hanya dengan ajakan saja tetapi juga dipengaruhi oleh kesadaran dari hati dan SDM yang mumpuni. Melihat realita yang ada di lingkungan rumahnya sendiri seperti itu, ia tidak putus asa untuk mengkampanyekan dan menginovasi agar lingkungan menjadi bersih. Marjati mengandeng dan memotivasi kampung-kampung lain untuk mau membangun kampungnya menjadi kampung yang lestari. Dan akhirnya menghembuskan kabar baik Terbukti banyak kampung-kampung di sidoarjo yang mampu membangun lingkungannya dengan lestari, hal ini dapat dilihat dari adanya bank sampah, kegiatan daur ulang, dan memanen hasil kebun di daerah perumahan/ daerah tempat tinggalnya.

Tindakan kecil (memperhatikan sampah) yang dilakukan Marjati kini membuahkan hasil yang begitu besar. Sikapya yang peduli terhadap lingkungan membuatnya menjadi aktivis peduli lingkungan dengan berbagai pretasi. Prestasi yang diraih oleh Marjati antara lain, sejak tahun 2011- 2016 menjadi pemateri diberbagai pelatihan yang diselenggarakan oleh beberapa Universitas di Jawa Timur seperti UNAIR; UNESA; dan UMSIDA, Marjati yang menamatkan sekolah sampai jenjang SMA ini mampu menjadi pegawai di DKP (Dinas Kebersihan dan Pertamanan) Kabupaten Sidoarjo.

 Karya tas jinjing Marjati telah dipesan oleh bapak Presiden Susilo Bambang Yudhoyono untuk buah tangan para menteri pada masa kepemimpinan SBY. Prestasi yang mampu mengharumkan nama bangsa adalah karyanya (Tas jinjing diinovasi dengan kain batik) yang dibawa oleh mahasiswa UNAIR mampu mendapat juara 2 lomba entrepreneur muda Sedunia di Amerika pada tahun 2013. Selain itu, Marjati menjadi tokoh go-green dan bank sampah di kampung-kampung lain di Sidoarjo, seperti di Larangan Mega Asri (Candi-Sidoarjo), Rewin (Sidoarjo), Tebel (Buduran-Sidoarjo) beberapa kampung tersebut termotivasi oleh Marjati sehingga mampu membangun kampungnya menjadi asri dan bersih serta peduli lingkungan.

Artikel ini diikutsertakan pada Kompetisi Menulis Blog Inovasi Daerahkuhttps://www.goodnewsfromindonesia.id/competition/inovasidaerahku

Leave a comment